Karya: Ni Gusti Nyoman Sri Artini, S.Pd
Di lorong hari yang penuh riuh dan luka,
ia melangkah perlahan,
menggenggam secercah harap
seperti lentera kecil di dada sunyi.
Kadang angin datang merobohkan tenang,
kadang hujan jatuh tanpa alasan,
namun ia tetap berdiri
menahan gelap dengan sabar yang tak bersuara.
Dari luka ia merajut kekuatan,
dari lelah ia belajar bertahan,
membiarkan hatinya tumbuh
walau dunia sering tak memihak.
Dan ketika malam paling pekat datang,
ia tidak padam
hanya memeluk cahayanya lebih erat,
berbisik lembut,
“Aku tetap ada.”